Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Suara Sang Figuran


  Siluet girl working on a laptop and drinking coffee, sitting on the floor near the bed by the panoramic window with a beautiful view from the high floor. Shopping on the Internet. Siluet girl working on a laptop and drinking coffee, sitting on the floor near the bed by the panoramic window with a beautiful view from the high floor. Shopping on the Internet siluet stock pictures, royalty-free photos & images

Biarkan duka dan lukaku hilang bersama goresan kata. Karena dunia dan isinya tak peduli tentangku yang dihujani rasa kecewa. Aku  memutuskan untuk menulis supaya tidak jadi gila.

Barang sedikit semesta peduli tentang jiwa-jiwa yang menjadi pemeran sampingan untuk diri  dan hidupnya sendiri. Sesekali meletakkan sudut pandang padanya yang hampir serupa partikel kecil yang sering tak terlihat ada di muka bumi. 

Manusia yang sering merasa sakit kepala dan penat bahkan saat sedang tidak melakukan apa-apa. Tapi itulah dia, Manusia berstatus mahasiswa biasa tapi bukan termasuk mahasiswa yang senang bila dosen tidak masuk kelas apalagi sampai ketinggalan banyak materi yang seharusnya dipahami, kasihan uang negara juga orang tua yang membiayai.

Lalu bukan berarti dia adalah seseorang yang suka dicekoki tugas tanpa jeda, dan diberi pasokan materi berisi teori-teori kaku. Dia butuh belajar dan jeda pada suatu waktu. Dia serupa macam figuran yang tidak mampu mengutarakan pendapat apalagi sampai menggemparkan kampus sebab prestasi atau orasi.

Dia hanya penengah dari mereka yang berkapasitas intelektual tinggi dan aktivis yang lebih prioritaskan agenda sosial dan bersikap nasionalis. Dia hanya manusia biasa yang takut datang terlambat ke kelas apalagi sampai tidak mengerjakan tugas.

Dia hanyalah manusia yang selalu dirundung insekuritas yang terus membuas. Selalu bersembunyi dibalik entah—sampai kapan mau terus diam, redam redam kemudian dia sendiri pun padam.

Pernah mencoba memangkas habis insekuritas dengan bergabung ke dalam komunitas, namun kembali kandas sebab ulah insekuritas yang sebenarnya tak pernah tandas. Dia terus melawannya, tapi hanya beberapa hari, lalu kembali tertindas. Tidak  pernah menang dalam hal ini. Insekuritas tetap menjadi urat nadi, seperti opium,  seperti menit yang tiada hari tanpa gadget. Hal ini membuatnya membenci segala hal yang tidak bisa dikuasai, termasuk dirinya sendiri.

Kamu yang berbaik hati mencoba merangkul dan mengarahkan jiwa-jiwa yang seperti ini,  karena kamu peduli itu tak ada masalah. Yang menjadi masalah ketika kamu menghardik dan memaksa untuk menjadikannya seperti apa yang kamu mau.

Biarkan dia menjadi bisa dan mau dengan jalannya sendiri, jika dengan prestasi hanya akan membuatnya dikurung depresi, biarlah saja begini. Bersarjana dengan berensiklopedis skala.

Rahmariz
Rahmariz Menulis Untuk Kesenangan!

Post a Comment for "Suara Sang Figuran"