Suara Sang Figuran
Biarkan duka dan lukaku hilang bersama goresan kata. Karena dunia dan isinya tak peduli tentangku yang dihujani rasa kecewa. Aku memutuskan untuk menulis supaya tidak jadi gila.
Barang
sedikit semesta peduli tentang jiwa-jiwa yang menjadi pemeran sampingan untuk
diri dan hidupnya sendiri. Sesekali
meletakkan sudut pandang padanya yang hampir serupa partikel kecil yang sering
tak terlihat ada di muka bumi.
Manusia
yang sering merasa sakit kepala dan penat bahkan saat sedang tidak melakukan
apa-apa. Tapi itulah dia, Manusia berstatus mahasiswa biasa tapi bukan termasuk
mahasiswa yang senang bila dosen tidak masuk kelas apalagi sampai ketinggalan
banyak materi yang seharusnya dipahami, kasihan uang negara juga orang tua yang
membiayai.
Lalu
bukan berarti dia adalah seseorang yang suka dicekoki tugas tanpa jeda, dan
diberi pasokan materi berisi teori-teori kaku. Dia butuh belajar dan jeda pada
suatu waktu. Dia serupa macam figuran yang tidak mampu mengutarakan pendapat
apalagi sampai menggemparkan kampus sebab prestasi atau orasi.
Dia
hanya penengah dari mereka yang berkapasitas intelektual tinggi dan aktivis
yang lebih prioritaskan agenda sosial dan bersikap nasionalis. Dia hanya
manusia biasa yang takut datang terlambat ke kelas apalagi sampai tidak
mengerjakan tugas.
Dia hanyalah
manusia yang selalu dirundung insekuritas yang terus membuas. Selalu bersembunyi
dibalik entah—sampai kapan mau terus diam, redam redam kemudian dia sendiri pun
padam.
Pernah
mencoba memangkas habis insekuritas dengan bergabung ke dalam komunitas, namun
kembali kandas sebab ulah insekuritas yang sebenarnya tak pernah tandas. Dia terus
melawannya, tapi hanya beberapa hari, lalu kembali tertindas. Tidak pernah menang dalam hal ini. Insekuritas tetap
menjadi urat nadi, seperti opium, seperti
menit yang tiada hari tanpa gadget. Hal ini membuatnya membenci segala hal yang
tidak bisa dikuasai, termasuk dirinya sendiri.
Kamu
yang berbaik hati mencoba merangkul dan mengarahkan jiwa-jiwa yang seperti ini, karena kamu peduli itu tak ada masalah. Yang menjadi
masalah ketika kamu menghardik dan memaksa untuk menjadikannya seperti apa yang
kamu mau.
Biarkan
dia menjadi bisa dan mau dengan jalannya sendiri, jika dengan prestasi hanya akan membuatnya
dikurung depresi, biarlah saja begini. Bersarjana dengan berensiklopedis skala.
Post a Comment for "Suara Sang Figuran"