Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mencintai dengan Tahu Batas Diri

Dok. pribadi

Mencintaimu, Aku Harus Tahu Batas

Aku mencintaimu, sungguh. Tidak setengah-setengah, dan selalu sepenuh hati soal ini. Namun dengan segala ketidakmungkinan yang disemogakan yang  pada akhirnya akan berujung pada ketidakmungkinan yang harus diikhlaskan. Pada segala kemungkinan ketidakberpihakan takdir-Nya, aku akan mencintaimu dengan tahu diri dan tahu batas. 

Aku harus tahu batas diri. 

Aku akan mewanti-wanti diri untuk tidak berharap lebih. Karena menerima kenyataan akan lebih baik, dari pada terus berandai-andai.

Mencintaimu, aku harus siap dengan segala sakit yang begitu nyeri. Ketika suatu hari, mungkin harus merelakanmu dan melanjutkan hidup. 

Aku harus tahu batas dan sadar diri, saat aku mulai tersenyum-senyum saat mengingatmu. Membayangkan hal yang belum pernah terjadi. Berandai-andai jika saja pernah memulai. Hm, tidak menyenangkan jika harus diingat berkali-kali.

Akupun juga harus tahu batas diri. 

Kapan harusnya mendekat dan membuka diri setelah mencintaimu dengan sepenuh hati. Karena bila tidak berakhir denganmu, aku tidak akan begitu sakit hati. 

Aku memilih mencintaimu tanpa mengungkap, meminimalisasi risiko dijauhi atau bahkan penolakan. 

Dengan hanya diam-diam dan bermain aman, ketika kau pergi, aku tidak akan merasa ditinggalkan, meski masih mengingatmu dalam-dalam.

Aku cukup menyimpanmu dalam hati dan puisi. 

Di sini kuberi tahu sesuatu:

Kamu mungkin tidak tahu ada yang senang bukan kepalang, saat menerima pesan singkat yang berasal dari nomormu. 

Kamu mungkin tidak paham bagaimana aksara yang kususun seperti ini, selalu menujumu. 

Kamu tidak tahu, bahwa ada yang bahagia hanya dengan menyaksikan ceritamu di lini masa. 

Kamu hanya tidak tahu, ada yang mati-matian menahan jemari agar tidak berkomentar pada tiap-tiap postinganmu. 

Kamu lagi lagi hanya tidak tahu, ada yang diam-diam cemburu sekaligus menahan rindu pada bagian-bagian tertentu dari cerita yang tampilkan di sosial media. 

Iya, itu aku. 

Boleh aku jatuh cinta?  Jatuh cinta pada tiap-tiap obrolan singkat kita. Pada tiap-tiap aksara yang terlihat di layar kaca, pada tiap-tiap emoji yang kamu kirim sebagai pelengkap canda? 

Aku tidak jatuh hati pada rupa, karena setidak bagus apapun rupa, yang sudah membuatku jatuh cinta sudah pasti dia akan terlihat paling gagah di mata. 

Namun, mencintaimu, Aku Harus Tahu Batas diri. 

Kamu mungkin tidak sengaja membagi canda, hingga ada yang terbawa suasana.

Semua perlakuan baik yang ada padamu, itu juga pada semua dan sudah menjadi darah dalam dirimu. 

Mungkin kamu hanya tidak sengaja, dan aku terlalu  hiperbola. Menganggapmu mengistimewakanku.

Mungkin kamu tidak bermaksud memberi harapan, ketika aku merasa segala perlakuanmu itu adalah tanda cinta. Terkadang seseorang hanya ingin berteman. 

Mungkin kamu tidak pernah berpikir sama sekali, akan membuatku sakit hati karena telah membuatku jatuh hati dan patah hati. 

Kamu tidak juga ingin aku hancur lantaran sikap dan perilakumu.

Tidak, aku tahu kamu tidak sengaja.
Tidak, kamu itu orang baik. 
Aku saja yang terlalu hiperbola.

Pada akhirnya, mencintaimu aku harus tahu diri dan batas mencintai.


Rahmariz
Rahmariz Menulis Untuk Kesenangan!

1 comment for "Mencintai dengan Tahu Batas Diri "

  1. Bermanfaat artikelnya gan 👍

    Di tunggu kunjungan baliknya

    https://wilwatekta.id

    ReplyDelete