Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kalau Boleh Aku Pinjam Bahumu Sebentar Saja





Kalau Boleh Aku Pinjam Bahumu Sebentar Saja

Lepas liarkan keluh kesahmu, biarkan semua itu jadi konsumsi komunikasi.

Untuk  renung sandarku, boleh aku pinjam bahumu sebentar saja?

Hariku sulit, aku hanya butuh dirimu, jangan tanya bagaimana keadaanku saat ini.
Aku belum mengerti bagaimana harusnya mengendalikan ketakutanku, juga keceamasan-kecemasan yang kerap mengganggu waktu tidur dan bangkitku.

Ketakutan, kecemasan—itu hadir tanpa diminta. Kalau boleh diminta, akupun tak ingin seperti itu, sayang. Apa pernah kamu berpikir tentang aku yang selalu dibekap kekhawatiran saat obrolan berakhir dengan dua centang biru? Apakah kamu tidak mau tahu tentang lamunan cemburu mulai datang saat dirimu mulai membahas masalalu? 

Apa kamu pernah bertanya tentang seberapa sering aku merasa tengah berada dalam pengabaianmu? bangun tidur dengan perasaan gusar, memeriksa ponsel pun tidak kutemukan pesan yang mampu menenangkan. Iya, aku memang semelankolia itu.

Sayang,aku  selalu meninggalkan jejak basah di alas salatku, ketika itu aku mengadu pada Tuhan. Mungkin sajadah  juga menjadi salah satu yang dijadikan saksi pilu oleh perempuan yang mati-matian ingin bahagia ini.

Sepanjang kamu untuk tetap aku cintai, aku akan terus bersabar dan berkeras hati untuk tetap menunggumu, tidak peduli meski berkali-kali merasa jenuh.

Aku punya banyak ketakutan, takut apa-apa yang kujaga selama ini akan meniada, kamu misalnya. Aku sudah dengan keras kepala mempertahankan kita, kau juga tidak pernah mengecewakan sejauh ini. Tapi ketakutan itu yang tidak bisa reda sampai saat ini.

Aku tahu takdir itu pasti, tidak lagi memilikimu itu bisa jadi, sampai tidak melihat kamu di muka bumi pun bisa terjadi. Aku memilih menulis tentang kamu agar kamu selalu ada dalam duniaku, selalu hidup bersama kata yang aku ramu, selalu ada saat aku berkali-kali diserang rindu.

Sayang, kalau boleh aku pinjam bahumu sebentar saja, sejenak meredamkan kecemasan-kecemasan dan memakamkan rindu di sana. Jika tak keberatan, akan kubagi tentang ketakutan yang kerap datang  tanpa diminta itu. Kamu tidak usah pusing harus bersikap seperti apa, aku hanya butuh kamu ada dan mendengarkan.

Sekarang aku benar-benar takut kehilangan kamu.

Aku mau mengabadikan kamu, seseorang yang membuatku kembali merasa lengkap.

Seseorang yang membuat bagianku yang rumpang menjadi rampung.

Tulisan ini teruntuk kamu yang kujadikan pusat semesta. Seseorang yang menjadi penyebab debar sekaligus gusar.

Aku ingin berbagi paradigma denganmu, memandang jendela dunia dengan ragam pikiran kita.

Aku juga ingin berbagi tentang aku pada hidupmu.  Jika aku telah sampai pada titik dimana aku tidak bisa berbagi, maka ada kamu yang akan membagi kisah tentang bagaimana caraku mencintaimu.

Jika manusia terbiasa melupakan dan dilupakan, aku tidak mau kita demikian. Aku mau kita abadi dalam tulisan maupun dalam masing-masing ruang ingatan.

Ini untuk kamu yang sudah membuatku tersenyum sepanjang hari. Untuk kamu yang membuatku senang tinggal di bumi.

Perihal rinduku padamu, walau (kadang Terasa) nyeri . aku menyukai nya. Aku menyukai rindu seperti aku menyukai  jingganya  senja.  

Kamu tau, hari ini terasa menyesakkan dan menyedihkan sekali, tapi mungkin kalau ada kamu rasanya akan berbeda. Rinduku bisa terhapuskan karena temu. Dan aku tak perlu repot-repot mengeluh perihal rindu.

Perihal rindu yang tak pernah sampai , namamu masih menjadi topik utama pembicaraan aku dengan sang kuasa.

Kamu (hanya) tak tau, betapa setiap hari aku sekarat meredam rindu. Kamu (hanya) tak tau, tak perlu tau.

Rindu ini begitu sekarat dalam tunggu. Rindu, Aku kalah, habis sudah tenagaku melawanmu. Sekarang cabik-cabiklah jika perlu. Selepas itu, jangan lupa kabarkan keadaanku yang hampir sekarat. Katakan aku menunggunya datang dengan bermacam obat penyembuh rindu. Oh, tidak, dia tak perlu membawa apa-apa. Cukup dirinya saja.

Begitu rindu terus merambat, sampai tidur. Perihal malam, ku titipkan rindu di celah jendela mimpi. 

Rriz, 51119

Rahmariz
Rahmariz Menulis Untuk Kesenangan!

Post a Comment for "Kalau Boleh Aku Pinjam Bahumu Sebentar Saja"