Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cerpen: Cinta dibawa Mati

Cerpen cinta
Foto: istockphoto

Rendi  keluar rumah karena Ibunya tidak pernah memberikan perhatian. Padahal setiap hari dia ingin sekali pergi bersama. Menikmati kebersamaan yang selama ini sudah dilupakan.

Sampai akhirnya dia dipertemukan dengan sosok Rahma yang anggun, taat ibadah dan suka melakukan kebaikan. Rendi dibuat luluh oleh sikapnya yang ramah dan menyenangkan. Hatinya sangat lembut bagaikan sutera.

Akan tetapi ibunya tidak merestui hubungan keduanya. Alhasil, Rendi pergi dari rumah dan meninggalkan ibunya yang egois. Rahma tidak membenarkan perbuatan Rendi, tersebab hal itu akan menyakiti hati seorang ibu. Dia hanya bisa menasihati Rendi yang sudah terlanjur pergi dari rumahnya.

"Aku sudah muak dengan semua yang dilakukan ibu, Ra. Tolong kamu jangan paksa aku untuk kembali pulang, karena saat  ini aku hanya ingin sendiri. Menikmati kehidupan tanpa bayang-bayang Ibu."

"Kamu salah, Ren. Justru ibu kamu ingin yang terbaik buat kamu. Dia hanya ingin anaknya tidak salah pilih dalam menentukan pasangan hidupnya." Rahma menasehati Rendi.

"Jadi kamu setuju dengan ibu dan kamu nggak mau punya hubungan dengan aku, begitu Ra?"

"Bukan begitu, Rendi. Aku adalah seorang wanita juga, pastinya tahu perasaan ibumu saat kau tinggalkan, sebaiknya kamu pulang saja ke rumahmu Ren."

"Baiklah, kalau itu mau kamu, aku akan pulang ke rumah. Tapi jangan harap kita akan bertemu lagi!"

Rendi tiba-tiba naik pitam, dia menjatuhkan gelas milik Cafe yang dikunjunginya bersama Rahma. Rahma terkejut dengan perlakuan Rendi yang tidak sopan itu. Akhirnya Rahma pun meninggalkannya sendirian bersama minuman Cafe yang sudah tumpah ke lantai.

"Aku nggak nyangka ya kamu bisa bersikap seperti itu padaku, Rendi. Yaudah, aku pulang duluan saja." Gadis itu kemudian berlalu meninggalkannya.

Sembari meninggalkan Rendi yang masih cuek dan penuh amarah, Rahma beranjak pergi dari tempat duduknya. Rendi hanya diam saja dengan perasaan kalut yang sedang menghantuinya.

Sementara pengunjung Cafe melihat ke arahnya. Mereka merasa heran dengan sikap Rendi yang tanpa kendali, tidak tahu situasi dan kondisi.

 

Di rumah ibu Bela yang tak lain adalah Ibu Rendi terlihat sedang menunggu anaknya pulang. Akan tetapi sampai larut malam anak yang ditunggunya belum juga menampakkan batang hidungnya. Akhirnya ibu Bela ketiduran di sofa ruang depan, menunggu Rendi pulang dan entah di mana keberadaannya sekarang.

Jam sudah menunjukkan 23.30, tapi Rendi belum pulang juga. Akhirnya ibu Bela bangun dan beranjak pindah ke dalam kamarnya.

Belum sempat dia berjalan, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Ada orang yang mengetuk pintu dari luar, dikiranya itu Rendi yang sudah pulang. Setelah membuka pintu, betapa terkejutnya ibu Bela dengan apa yang dia lihat di luar.. Ternyata ada perampok yang mau menggasak harta kekayaannya. Bahkan dia hanya sendirian semenjak ditinggal pergi oleh Rendi. Mau berteriak dua orang perampok itu sudah terlebih dahulu mengancam dengan sebilah parang. Karena takut, ibu Bela terpaksa bungkam.

Tak lama kemudian, setelah perampok itu mengambil semua harta ibu Bela, salah satunya melihat ke arah ibu Bela dengan mata tajam penuh nafsu. Sepertinya dia mau merudapaksa ibunya Rendi tersebut.

Malam sudah semakin larut, kebetulan di daerah itu memang jauh dari tetangga dan rumahnya berlantai tiga. Setelah perampok itu akan melucuti semua pakaian ibu Bela, Rendi datang secara tiba-tiba. Dia membawa kayu yang ditemukannya di luar rumah, karena sudah curiga ada yang tidak beres di dalam rumah.

Perampok yang mau merudapaksa ibunya berhasil dipukul dan digagalkan rencananya oleh Rendi. Namun nahas, dia terkena sabetan parang oleh perampok lainnya. Akhirnya dia jatuh tersungkur ke lantai. Sementara perampok itu kabur membawa temannya.

Ibu bela shock melihat Rendi yang sudah berlumuran darah. Banyak sekali darah yang mengalir dari perutnya. Sementara ibunya semakin panik, karena tidak ada orang yang dapat dihubungi. Rendi hanya menyebut nama Rahma malam itu. Ibunya langsung menelpon Rahma untuk memberitahukan kejadian ini.

Kebetulan malam itu Rahma masih mengerjakan skripsinya. Jadi dia langsung mengangkat telpon dari nomor baru milik ibunya Rendi.

"Halo, Nak Rahma tolong bantu tante ke sini."

Karena Rahma sudah sangat kenal dengan suara ibunya Rendi, maka dia langsung mengenalinya.

"Baiklah tante, tapi ada apa dulu, kok tante telpon aku malam-malam gini?"

"Rumah Tante dirampok dan Rendi kena sabetan parang di perutnya, dia lagi pingsan di sini."

Rahma terkejut, dia langsung dia mengajak sang ayah untuk menjenguk Rendi ke rumahnya.

"Baiklah, Tante. Aku akan ke sana bersama Ayah."

Kemudian ambulance yang dipesan Rahma datang. Rendi diangkat ke mobil ambulance, sementara Rahma juga ikut beserta ibunya. Dan Ayah Riza pulang dulu ke rumahnya.

Di tengah perjalanan, mulut Rendi keluar darah dan sepertinya dia semakin sekarat.

"Toolong jaga ibuku, Raahma. Aaku mminta maaf soal kejadian tadi siang." Dengan terbata-bata, Rendi berusaha mengucapkan sepatah dua patah kata-kata terakhir, sebelum dia menghembuskan nafas terakhir.

Rahma menangis sejadi-jadinya. Sementara ibu Bela ikut pingsan.

Tamat.

Penulis Akhmad Fauzi dia merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara. Jika ingin mengenal lebih dekat dengan dirinya silakan hubungi via whatsaap 082302456158. Kemudian kamu juga bisa mengikutinya di halaman facebook Penyair Senja. 

Mau lihat lebih banyak cerpen menarik lainnya cek aja ke artikelartikelterbaru.blogspot.com

Bagi yang mau order cerpennya juga boleh langsung kontak penulis ya.

Thanks.

6 comments for "Cerpen: Cinta dibawa Mati"