Prosa: Manusia Sastra
Ilustrasi (istockphoto) |
Mengingatmu lebih mudah dari sekadar mengingat nama unsur-unsur periodik kimia.
Memahamimu lebih sulit dari memecahkan rumus fisika. Seperti Einstein yang merumuskannya dalam hukum relativitas waktu, semua tak berkepastian.
Menguasaimu lebih pelik dari rumus matematika yang memaksa memahami algoritma, logaritma, Geometri dan kawan-kawannya yang membuat sakit kepala.
Menuliskan tentangmu lebih mudah dari menulis berita yang semestinya harus dikuasi seorang Jurnalis.
Kamu itu seperti biologi yang aku senangi tapi terkadang juga dibuat gerogi untuk suatu materi.
Kamu itu juga seperti ilmu komunikasi yang penuh tantangan. Menguasaimu mesti berensiklopedis skala, harus mampu berbicara dan pandai melobi, mesti mahir mengoperasikan kamera kemudian mengolahnya menjadi karya yang wah. Harus pandai menulis tanpa cela dan harus fakta.
Sementara aku, aku adalah manusia sastra, yang bersenandika di dalam kata-kata, yang menyembunyikan asa dan rasa dalam sajak-sajak bahagia juga sungkawa.
Bagaimana bisa kita sefrekuensi?
Post a Comment for "Prosa: Manusia Sastra"